Informasi-informasi yang anda dengar setiap hari dari kecil hingga dewasa membentuk persepsi dan keyakinan anda. Otak kita berisi informasi-informasi yang kita kumpulkan sejak kita masih ada di dalam kandungan, masa kanak-kanak hingga hari ini, dan itulah yang membentuk diri kita. Kalau informasi yang masuk bagus, kita akan memiliki akhlaq dan pribadi yang bagus, dan sebaliknya.
Jika ada seorang anak mengucapkan kata2 kotor, patut diduga ia bergaul dengan orang yang sering memberi contoh kata-kata kotor. Demikian juga orang dewasa. Kalau ada orang dewasa sering mengucapkan kata2 kotor disebabkan karena di benaknya memang yang tersedia adalah kosa kata kotor. Atau setidaknya kosa kata kotor diletakkan di atas dalam tumpukan memori kosa-katanya. Berikut ini akan didiskusikan bagaimana proses pengisian kosa kata tersebut yang disebut sebagai "Communication Model".
Model komunikasi ini dijelaskan oleh Tad James, M.S., Ph.D. Menurut Tad James, pada awalnya Neuro Linguistic Programming (NLP) dikenal sebagai sebuah model tentang bagaimana kita berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan orang lain yang dikembagkan oleh Richard Bandler and John Grinder.
Model ini menjelaskan bagaimana kita memproses informasi dari luar masuk dalam diri kita. Keyakinan bahwa "The map is not the territory" atau persepi bukanlah kenyataan yang sesungguhnya dan juga rekaman internal yang kita buat tentang kejadan diluar bukanah kejadian itu sendiri, itu hanyalah persepsi yang belum tentu sama dengan kenyataannya.
Begini, yang terjadi adalah bahwa ketika ada kejadian yang kita alami atau kita lihat, kita menangkap dengan panca indera dan kita memutarnya kembali di benak kita dengan menggunakan proses internal. Kita membuat apa yang disebut Realitas Internal (RI) dari kejadian itu. Kejadian yang kita alami atau kita lihat itu disebut Realitas External (RE).
RE masuk ke dalam benak melalui panca indera V.A.K.O.G. yaitu:
- Visual (penglihatan), pemandangan yang kita lihat atau cara orang memandang kita;
- Auditory (pendengaran), suara, kata-kata yang kita dengar, dan bagaimana orang2 mengucapkan kata2 tersebut pada kita.
- Kinesthetic (Perasa, peraba), perasa luar seperti sentuhan, tekstur, tekanan, dsb.
- Olfactory (Pembau), dan
- Gustatory (Pengecap).
RE itu setelah melalui panca indera kemudian disaring oleh FILTER dengan proses DELETION, DISTORTION, dan GENERALIZATION.
Deletion (Penghapusan):
Deletion bekerja ketika kita secara selektif memperhatikan bagian tertentu dari kejadian yang kita lihat dan kita abaikan lainya. Tanpa deletion kta akan kebajiran informasi yang mungkin tidak terlau beguna bagi diri kita.
Normalnya, otak sadar hanya bisa menangani 7 (plus minus 2) item informasi pada saat yang sama. Tentu saja banyak orang tidak bisa menangani sebanyak itu, dan saya tahu banyak orang yang hanya "1 (plus minus 2)". Bagaimana dengan anda, cobalah berikut ini:
Bisakah anda menyebut lebih dari 7 untuk sebuah katagori produk, misalnya rokok? kebanyakan orang bisa menyebut dengan lancar hanya 2 atau 3 karena memang bukan pada minatnya, dan tidak lebih dari 9 untuk bidang minatnya.
Itulah bukti fenomena 'deletion', kalau tidak dilakukan deletion setiap orang akan bisa menyebutkan sama besar, misalnya 9, baik pada bidang minatnya maupun tidak. Dan ini pemborosan memori, kita akan kabanjiran informasi, meskipun untuk hal-hal yang tidak kita minati.
Kenyataannya, anda mungkin pernah dengar bahwa para psikolog mengatakan bahwa jika kita secara bersamaan memperhatikan semua dari informasi yang masuk, kita bisa gila, itu sebabnya kita secara alamiah harus memfilter informasi, hanya yang dibutuhkan saja yang boleh masuk.
Distortion (perubahan):
Distortion bekerja ketika kejadian yang kita alami kita rekam sebagai sesuatu yang berbeda, biasanya secara tidak sengaja. Contoh Suatu ketika anda berjalan-jalan dan tiba-tiba terkejut melihat ular hingga anda berteriak ULAR..... Setelah anda perhatikan ternyata hanya seonggok slang/pipa air.
Generalization (pukul rata):
Kita sering malakukan kesimpulan global, semua dianggap sama gara-gara satu atau dua peristiwa. Sisi baiknya generalisasi adalah menghemat waktu bagi kita untuk belajar dan membuat batasan untuk kebutuhan yang lebih luas setelah mengalami bebrapa kali kejadian..
Sekarang misalnya, ketika ada dua orang mengalami situasi yang sama, mengapa mereka tidak meresponse dengan cara yang persis sama? Jawabnya adalah, karena mereka melakukan delete (penghapusan), distort (pengubahan) dan generalize (penyama-rataan) dengan cara yang berbeda, sehingga informasi yang masuk berbeda pula, dan mereka merespons sesuai dengan kenyataan internal yang masuk dalam benaknya.
Penyaringan informasi dilakukan oleh 5 jenis filter yang kita miliki, yaitu: Meta Programs, belief systems, values, decisions, dan memori.
Meta-Programs.
Filter pertama adalah Meta Programs, yaitu kecenderungan atau kebiasaan dalam menyikapi suatu kejadian. Jika anda mengetahui meta program sesorang anda bisa menebak emosi seseorang dan juga respons-nya ketika menanggapi sebuah kejadian atau persoalan. Satu hal yang kudu diketahui adalah, meta program bukan perosalan baik atau buruk bagi orang yang memilikinya, ia hanyalah cara bagaimana menangani informasi atau kejadian.
.
Value
Filter berikutnya adalah Value, yaitu nilai-nilai yang baik yang dimiliki seseorang dari masa lalunya. Value disusun sedemikian rupa bertumpuk dari yang terpenting di atas dan yang kurang penting di taruh di bawah. Dengan demikian nilai2 yang paling penting selalu menjadi pertimbangan utama. Value-lah yang menggerakkan kita mengejar yang kita pandang nikmat, atau mulia dan menjauhi kesengsaraan atau hina. Value-lah yang menggerakkan kita tertarik atau menolak sesuatu. Value tersimpan jauh di dalam lubuk hati kita, dan sering tidak kita sadari (di dalam unconscious belief system) tapai sangat efektif menjaga kita untuk hal yang kita anggap baik dan menghindarkan kira dari hal yang kita buruk.
Beliefs:
Beliefs adalah keyakinan yang tertanam dalam hati. Beliefs merupakan generalisasi atau kesimpulan tentang bagaimana anda memandang dunia. Persepsi adalah juga belief, seseorang bisa memandang bahwa dunia ini keras, sementara orang lain memandang dunia ini indah. itulah persepsi atau belief.
Beliefs adalah sebuah tombol-tombol on/off dari apakah kita boleh atau tidak mengerjakan sesuatu. Maka sagat penting untuk megetahui belief seseorang yang bekerja sama dengan kita agar kita tahu batas-batas mana yang bole dikakan dan yang tidak.
Salah satu cara untuk MEMODEL (mencontoh perilaku untuk memperoleh hasil yang mirip) yang paling efektif adalah dengan mengetahui belief dari yang kita model.
Memories:
Elemen filter yang ke empat adalah memori yaitu kumpulan kenangan2 masa lalu, data2 atau informasi2 yang disimpan dari peristiwa2 masa lalu.
Decisions (Keputusan):
Elemen ke lima dan masih terkait dengan memori adalah Decisions atau keputusan2 yang kita buat pada masa lalu. Keputusan2 bisa menghasilkan keyakinan atau hanya berdampak pada persepsi saat itu saja. Sumber pertimbangan untuk pengambilan keputusan adalah belief atau persepsi, value atau nilai-nilai dan memori-memori yang sudah kita miliki di masa lalu. Keputusan yang diambil tergantung ketersediaan informasi dan nilai-nilai dan keyakinan yang kita miliki.
Pada dasarnya setiap orang mengambil keputusan terbaik berdasarkan pilihan-pilihan yang tersedia. Sekalipun keputusan itu tampak buruk di mata kita namun itulah pilihan terbaik yang dimilikinya, kejadiannya hampir selalu demikian. Filter keputusan inilah yang menetapkan bentuk Realitas Internal atau gambaran dalam benak dari kejadian yang kita alami atau kita lihat.
Pada dasarnya setiap orang mengambil keputusan terbaik berdasarkan pilihan-pilihan yang tersedia. Sekalipun keputusan itu tampak buruk di mata kita namun itulah pilihan terbaik yang dimilikinya, kejadiannya hampir selalu demikian.
Filter decisions (keputusan) inilah yang menetapkan bentuk Realitas Internal atau gambaran dalam benak dari kejadian yang kita alami atau kita lihat. Decisions ini disamping untuk pembentuk persepsi, penenetapan sikap dan tindakan pada saat merespons kejadian, juga bisa menghasilkan keyakinan baru atau mempertebal keyakinan lama.
Baik, kita kembali pada bagaimana kita mengolah informasi atau kejadian yang kita alami melalui panca indera yang disebut sebagai realitas external (RE) hingga menjadi sebuah bentuk yang ada dalam benak yang disebut Realitas Internal (RI).
RE masuk melalui paca indera (Visual, Auditory, Kinestetc, Ofacory, Gutatory), kemuian disaring oleh filter (Meta Programs, Values, Memories, Beliefs, Descisions). Filter itu melakukan deletion, distortion, dan generalization (penghapusan, pengubahan dan penyamarataan/kesimpulan). Hasilnya adalah RI yang sudah di-delete sebagian, dirubah sebagian, dan disimpulkan.
Berarti RI sudah tidak asli dong...... Memang.
Maka persepsi (RI) bukanlah kenyataan yang sesungguhnya. RI yang baru terbenuk itu kemudian memunculkan sebuah emosi tertentu (bahagia, sedih, benci, cinta, marah, senyum, dll). Dan emosi tersebut menggerakkan badan (fisiologi) kita untuk mengambil tindakan. Itu sebabnya Pola emosi kemudian membentuk pola tindakan (perilaku).
SISTEM REPRESENTASI
Setiap kejadian yang dialami seseorang disimpan dalam bentuk Visual (gambar), Auditory (Suara) dan Kynesthetic (Rasa). Jadi seperti film video, ada gambar yang bergerak juga ada suaranya dan ditambah rasa yaitu panas dingin, halus, kasar, lembut, tajam, tumpul, dst. Ini disebut sebagai sistem representasi, karena ia memang menjadi representasi dari alam luar. Dan satu lagi, yaitu ditambah makna (value) dan emosi. Ingat bahwa setap keadian masuk dan kita rekam setelah melalui filter, di dalam filter itu ada proses pemaknaan dan penambahan emosi, baru kemudian di simpan.
Ketika di masa mendatang, video memori itu diputar lagi maka semua komponen memori akan muncul yaitu gambarnya kelihatan, suaranya terngiang-ngiang, dan suasananya terasa lagi apakah panas atau sejuk. Serta muncul juga emosinya, kalau itu memori bahagia, maka perasaan bahagia juga timbul lagi.
Setiap orang memiliki ketajaman indera yang berbeda-beda, ada yang ketajamannya Visual melebihi Auditori dan kinestetiknya, ada juga yang Auditorinya atau Kinestetiknya lebih tajam. Ketajaman ini bisa karena kebiasaan, atau karena kebutuhan. Seorang musicus memerlukan ketajaman auditori lebih dari pada indera lainnya. Seorang pelukis mungkin membutuhkan ketajaman Visual lebih banyak, dan sebagainya.
Ketajaman indera ini sangat mempengaruhi jumlah informasi yang masuk ke dalam memori otak. Seorang yang Visualnya tajam menyimpan bebagai kejadian yang dialaminya dalam porsi gambar lebih banyak. Misalnya ketika ia pergi ke pantai di kaki gunung yang sangat menakjubkannya, ia akan merekam lebih banyak pemandangan, hijau pepohonan dan birunya air laut sangat mengesankan baginya, semua terekam dengan detail, akan tetapi suara ombak tidak begitu berarti. Bagi orang yang tajam Auditori, deburan ombak menjadi perhatiannya. Ia lukiskan indahnya pantai itu dengan kalimat,
"Tidak pernah kudengar seumur hidupku musik seindah deburan ombak yang berpadu dengan tiupan angin membuai pepohonan di kaki bukit. Bahkan lebih indah dari genderang timpani yang berpadu dengan gesekan biola Wolfgang Amadeuz Mozart".
Begitulah dua orang yang berbeda ketajaman inderanya menyebabkan preferensinya berbeda, satu melukisakan dengan gambar sedang lainnya melukiskan dengan suara, untuk obyek yang sama.
Origin: art-of-pickup.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment